Jumat, 31 Agustus 2012

Benarkah Indonesia Raya dan Kaya Raya?

Green Hilton Memorial Agreement Geneva 1963

Inilah perjanjian yang paling menggemparkan dunia. Inilah perjanjian yang menyebabkan terbunuhnya Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy 22 November 1963. Inilah perjanjian yang kemudian menjadi pemicu dijatuhkannya Bung Karno dari kursi kepresidenan oleh jaringan CIA yang menggunakan ambisi Soeharto. Dan inilah perjanjian yang hingga kini tetap menjadi misteri terbesar dalam sejarah ummat manusia.

Perjanjian "The Green Hilton MemorialAgreement di Genva pada 14 November 1963












http://kissanak.files.wordpress.com/2012/05/indonesia-meterari-temple-crest-symbol-seal-in-green-hilton-agreement.jpg 









 Perjanjian “The Green Hilton MemorialAgreement di Genva pada 14 November 1963
Dan, inilah perjanjian yang sering membuat sibuk setiap siapapun yang menjadi Presiden RI. Dan, inilah perjanjian yang membuat sebagian orang tergila-gila menebar uang untuk mendapatkan secuil dari harta ini yang kemudian dikenal sebagai “salah satu” harta Amanah Rakyat dan Bangsa Indonesia. Inilah perjanjian yang oleh masyarakat dunia sebagai Harta Abadi Ummat Manusia. Inilah kemudian yang menjadi sasaran kerja tim rahasia Soeharto menyiksa Soebandrio dkk agar buka mulut. Inilah perjanjian yang membuat Megawati ketika menjadi Presiden RI menagih janji ke Swiss tetapi tidak bisa juga. Padahal Megawati sudah menyampaikan bahwa ia adalah Presiden RI dan ia adalah Putri Bung Karno. Tetapi tetap tidak bisa. Inilah kemudian membuat SBY kemudian membentuk tim rahasia untuk melacak harta ini yang kemudian juga tetap mandul. Semua pihak repot dibuat oleh perjnajian ini.

Perjanjian itu bernama The Green Hilton Memorial Agreement Geneva. Akta termahal di dunia ini diteken oleh John F Kennedy selaku Presiden AS, Ir Soekarno selaku Presiden RI dan William Vouker yang mewakili Swiss. Perjanjian segitiga ini dilakukan di Hotel Hilton Geneva pada 14 November 1963 sebagai kelanjutan dari MOU yang dilakukan tahun 1961. Intinya adalah, Pemerintahan AS mengakui keberadaan emas batangan senilai tak kurang dari 57 ribu ton yang terdiri dari 17 paket emas dan pihak Indonesia menerima batangan emas itu menjadi kolateral bagi dunia keuangan AS yang operasionalisasinya dilakukan oleh Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS). Kesepakatan ini berlaku tiga tahun kemudian alias 14 November 1965 (gambar di atas hanya salah satu dari sekian lembar perjanjian).

Pada dokumen lain yang tidak dipublikasi disebutkan, atas penggunaan kolateral tersebut AS harus membayar fee sebesar 2,5% setahun kepada Indonesia. Hanya saja, ketakutan akan muncul pemimpinan yang korup di Indonesia, maka pembayaran fee tersebut tidak bersifat terbuka. Artinya hak kewenangan pencairan fee tersebut tidak berada pada Presiden RI siapapun, tetapi ada pada sistem perbankkan yang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga pencairannya bukan hal mudah, termasuk bagi Presiden AS sendiri.

Account khusus ini dibuat untuk menampung aset tersebut yang hingga kini tidak ada yang tau keberadaannya kecuali John F Kennedy dan Soekarno sendiri. Sayangnya sebelum Soekarno mangkat, ia belum sempat memberikan mandat pencairannya kepada siapapun di tanah air. Malah jika ada yang mengaku bahwa dialah yang dipercaya Bung Karno untuk mencairkan harta, maka dijamin orang tersebut bohong, kecuali ada tanda-tanda khusus berupa dokumen penting yang tidak tau siapa yang menyimpan hingga kini. Demikianlah dokumen penting yang penulis baca dan hasil wawancara penulis dengan nara sumber dengan para tetua di dalam negeri dan wawancara dengan narasumber di Belanda, Prancis, Jerman, Singapura, Malaysia dan Hong Kong.
Bagi AS, perjanjian Green Hilton adalah perjanjian terbodoh bagi AS, karena AS mengakui aset tersebut yang sebetulnya merupakan harta rampasan perang. Menurut dokumen yang penulis baca. Harta tersebut berasal dari sitaan AS ketika menaklukkan Jerman dalam perang dunia. Jerman juga mengakui bahwa harta tersebut disita Jerman ketika menyerang Belanda. Belanda pun mengakui bahwa harta tersebut merupakan rampasan harta yang dilakukan VOC ketika menjajah Indonesia.

Berdasarkan fakta yang dijumpai di lapangan, harta ini sudah pernah mau dicairkan pada 1986-1987 tapi gagal, lalu ada percobaan lagi awal 2000, juga gagal. Kini, ketika krisis menerpa AS dan dunia yang hampir membunuh sebagian besar rakyat AS, pemerintah Obama mencoba meyakinkan dunia melalui titah Puas di Vatikan bahwa AS berhak mencairkan harta ini. Atas dasar untuk kepentingan ummat manusia, agaknya hati Vatikan mulai luluh. Konon kabarnya, Vatikan telah memberikan restu itu tanpa mengabaikan bantuan kepada rakyat Indonesia.
Menurut sebuah sumber di Vatikan, ketika Presiden AS menyampaikan niat tersebut kepada Vatikan, Puas sempat bertanya apakah Indonesia telah menyetujuinya. Kabarnya, AS hanya memanfaatkan fakta MOU antara negara G-20 di Inggris dimana Presiden Indonesia SBY ikut menandatangani suatu kesepakatan untuk memberikan otoritas kepada keuangan dunia IMF dan World Bank untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Konon kabarnya, Vatikan berpesan agar Indonesia diberi bantuan. Mungkin bantuan IMF sebesar USD 2,7 milyar dalam fasilitas SDR (Special Drawing Rights) kepada Indonesia pertengahan tahun lalu merupakan realisasi dari kesepakatan ini, sehingga ada isyu yang berkembang bahwa bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan. Oleh Bank Indonesia memang bantuan IMF sebesar itu dipergunakan untuk memperkuat cadangan devisa negara. Penulis pikir DPR RI harus ikut mengklarifikasi soal status uang bantuan IMF ini.

Kalau benar itu, maka betapa nistanya rakyat Indonesia. Kalau benar itu terjadi betapa bodohnya Pemerintahan kita dalam masalah ini. Kalau ini benar terjadi betapa tak berdayanya bangsa ini, hanya kebagian USD 2,7 milyar. Padahal harta tersebut berharga ribuan trilyun dollar AS. Aset itu bukan aset gratis peninggalan sejarah, aset tersebut merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita di era masa keemasan kerajaan di Indonesia. Sebab dulu, beli beras saja pakai balokan emas sebagai alat pembayarannya. Bahkan kerajaan China membeli rempah-rempah ke Indonesia menggunakan balokan emas.

Lalu bagaimana nasib tersebut, kita sebagai bangsa yang besar masih perlu mengkaji lebih lanjut. Pemerintah bersama rakyat perlu membentuk Tim Besar dan lobby yang besar ditingkat internasional untuk menduduk kembali soal harta yang disepakati dalam The Green Hilton Memorial Agreement ini. Karena ini sudah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Pemerintahan SBY tidak bisa melakukan penyelidikan harta ini secara diam-diam dan hanya kalangan terbatas. Sebab harta ini milik rakyat dan bangsa Indonesia. Bukan milik pribadi Bung Karno. Keberhasilan lobby politik Bung Karno yang luar biasa ini harus diteruskan dan jangan dimentahkan begitu saja.

 SUMBER: http://kissanak.wordpress.com/2012/05/11/green-hilton-memorial-agreement-geneva-1963/

Senin, 13 Agustus 2012

KERN'S: "Kisah Cinta""

KERN'S Ditengah kesibukannya masing - masing, band duo yang berasal dari kota Bandung ini tengah menyiapkan diri untuk promo single hitsnya "Kisah Lalu", Lagu pada saat ini tengah diputar seluruh radio indonesia ini,disambut dengan baik oleh banyak pendengar.....ini terbukti dari request lagu yang mereka minta tak kalah banyaknya  dengan band papan atas yang sekarang tengah naik daun "NOAH"Band. Banyak orang yang memperbincangkan siapakah KERN'S ini ?? 

Fenny panggilan akrabnya Ve (vocalis) KERN'S ini asal kelahiran majalengka...bersama onest (guitaris) pada saat ini tengah mempersiapkan diri dengan latihan - latihan untuk jadwal promo tour di beberapa daerah di indonesia bulan september 2012....Tak hanya itu jadwal undangan interview dengan media cetak pun mulai berdatangan.

Kern's adalah band pengusung genre musik pop rock,dalam menyajikan Single Hit'snya "Kisah Lalu" menampilkan sound yang dipenuhi string dan distorsi gitar,tak hanya itu VE (vokalis) cara membawakan lagunya sangat menjiwai dan menyetuh hati menjadikan para pendengar  ikut larut dan merasakan sebagai perumpamaan lagu tersebut.







 Info social network :
 
Twitter : @kern_band



Info management :


BLUE ROOM RECORDS
Jl.Setiabudhi No.236 Bandung  Phone : (022) 2000645  Fax : (022) 2000645 Mobile : +62 817628213  Pin : 2769B011 Email  : blueroompro@rocketmail.com
FB : http://www.facebook.com/Blueroom Twit : @blueroom

Sabtu, 11 Agustus 2012

Mariani

BMWTuner.net

Your main source for BMW info & discussion

Mariani M6: Big Boots!

Sunday, 03. 15. 2009  –  Category: Aftermarket News, Main
Mariani M6
Mariani M6
Mariani M6
Mariani M6
Mariani M6
Mariani M6
Here’s one that’s new to us: Mariani‘s M6 wide body. With EDC suspension set 55mm lower and massive 325/30 19″ inchers in the rear, this machine looks pretty damn low and mean! Custom exhaust options add to the mix, and deliver up to 49hp in gains (their claim). Should you happen to live in Europe, and have a hankering for something different, the folks at Mariani have this car for sale on their site!
Be Sociable, Share!
 http://www.bmwtuner.net/2009/03/mariani-m6-big-boots/
 

Minggu, 05 Agustus 2012

DAHLAN ISKAN: Setelah Hidup Diperpanjang Lima Tahun


DAHLAN ISKAN - MENTERI BUMN



Senin 6 Agustus 2012

Hari ini, Senin 6 Agustus 2012, genap lima tahun saya “hidup baru”. Allahu Akbar! Kalau teringat begitu parahnya kondisi badan saya lima tahun yang lalu <http://dahlaniskan.wordpress.com/2007/08/26/pengalaman-pribadi-menjalani-transplantasi-liver-1/>, rasanya tidak terbayangkan saya masih bisa hidup hari ini. Allahu Akbar!
Apalagi dengan kualitas hidup yang nyaris sempurna seperti sekarang ini.
Allahu Akbar!

Sejak saya muntah darah tujuh tahun lalu <http://dahlaniskan.wordpress.com/2007/09/10/pengalaman-pribadi-menjalani-transplantasi-liver-16-2/>, dan kemudian diketahui sepanjang saluran pencernaan saya sudah penuh dengan
gelembung darah yang siap pecah (akan diikuti dengan muntah darah atau buang air darah), harapan hidup waktu itu hampir hilang.Harapan hidup itu lebih tipis lagi setelah diketahui bahwa limpa saya sudah membesar. Sudah tiga kali lipat lebih besar daripada limpa normal. Itu berarti limpa tersebut sudah siap meledak yang menjadi penyebab kematian kapan saja.
Apalagi status hati saya yang terkena virus hepatitis B pun sudah meningkat menjadi sirosis, mengeras dan tidak berbentuk hati lagi.

Vonis bahwa umur saya maksimal tinggal enam bulan lagi harus saya terima setelah dipastikan bahwa hati saya sudah penuh dengan kanker. Ukuran kankernya pun sudah besar-besar. Sudah ada yang 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Bibit-bibit kanker lain masih puluhan jumlahnya.

Saya tidak akan lupa ucapan seorang dokter ahli di Singapura, yang sudah begitu pasrahnya. Terutama ketika saya mengeluh kesakitan setiap kali mengenakan sepatu. Kaki saya sudah bengkak begitu besarnya. Sepatu saya tidak muat lagi.

“Ya ganti sepatu saja!” ujar dokter yang pasiennya 80 persen orang dari Indonesia itu. Padahal, waktu itu saya mengharapkan jalan keluar bagaimana agar bengkak kaki saya itu bisa diatasi. “Tidak ada jalan lain. Ganti sepatu. Kalau bengkaknya sudah lebih besar lagi, ganti sepatu lagi!”

Saya tidak jengkel dengan ucapannya itu. Bahkan, saya tersenyum karenaterasa ada lucunya. Itulah cara dokter memaksa saya untuk menjalani transplantasi. Tidak ada jalan lain lagi.

Hanya transplant yang bisa menyelamatkan. Itu pun tidak bisa transplant separo hati (diambilkan dari hati istri atau anak atau pendonor) karena seluruh hati saya sudah hancur.

Harus hati sepenuh hati yang berarti hanya bisa didapat dari orang yang meninggal. “Kalaupun itu bisa didapat dan kalaupun itu nanti sukses,” kata dokter tersebut, “paling hanya bisa menambah umur lima tahun.” Saya juga tidak akan lupa ucapan dokter itu berikutnya: “Tapi, tambah umur lima tahun kan lumayan. Waktu itu nanti umur Anda kan sudah 61 tahun. Sudah lebihnpantas meninggal.”

Saya memang akrab dengan dokter itu sehingga sekeras apa pun ucapannya tidak membuat saya kecewa. Sang dokter juga tahu bahwa saya cukup intelek untuk menerima kata-kata yang meskipun bernada keras, tapi sangat ilmiah.

Mengapa hasil transplant itu hanya bisa memperpanjang umur lima tahun? Secara ilmiah, bisa diterangkan begini: virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati saya itu, logikanya, sudah ikut beredar di darah.

Artinya, virus hepatitis B dan sel-sel kanker hati saya itu sudah berada di mana-mana. Ketika saya mendapatkan hati baru dan hati baru tersebut dilewati darah yang sudah membawa virus hepatitis B dan sel-sel kanker, virus dan sel-sel tersebut otomatis hinggap lagi di hati yang baru.

Lalu, virus hepatitisnya berkembang lagi, hati menjadi sirosis lagi, muntah darah lagi, bengkak lagi, dan kanker merajalela lagi.

Teori seperti itulah yang membuat tekad untuk melakukan transplant kadang mengendur. Untuk apa transplant. Mahal sekali dan belum tentu berhasil.mBerhasil pun hanya untuk lima tahun. Pun, tambahan hidup lima tahun itu belum tentu bisa dinikmati. Bisa jadi, kualitas hidup pasca transplanttersebut adalah kualitas hidup yang sangat rendah: harus minum banyak obat,
sering masuk rumah sakit, menyusahkan keluarga, dan menghabiskan banyak
uang.

Tapi, orang hidup itu tidak boleh pesimistis. Tidak boleh putus asa.
La taiasu!

La tahzan!

Ingat ajaran agama: Berikhtiar itu bukan mubah, bukan sunnah, tetapi wajib!

Jadilah saya memutuskan transplantasi hati.

Tapi, saya juga tidak terlalu berharap banyak. Takut kecewa. Orang yang tidak berharap banyak bisa lebih bahagia.

Termasuk, saya tidak membayangkan bahwa setelah transplant nanti saya bisa jalan-jalan jauh. Saya pikir, saya nanti bisa hidup, tapi dengan aktivitasyang terbatas. Kalau sebelum transplant saya putuskan membeli helikopter,antara lain untuk persiapan siapa tahu bisa membantu mobilitas saya.

Allahu Akbar!

Transplantasi hati saya berhasil. Kualitas hidup saya setelah transplant ternyata tidak selemah seperti yang saya bayangkan. Ternyata, saya bisa bekerja, bisa ke mana-mana dan bisa di mana-mana. Saya bisa berolahraga setiap hari selama 1,5 jam!

Bahkan, kalau Monas lagi hujan, saya bisa berolahraga dengan cara menaiki tangga darurat gedung-gedung pencakar langit milik BUMN di Jakarta: gedung Kementerian BUMN di dekat Monas, gedung Pertamina di dekat Masjid Istiqlal, gedung BTN di Harmoni, gedung Bank Mandiri di Jalan Gatot Subroto, gedung Bank Rakyat Indonesia di dekat Jembatan Semanggi, dan terakhir gedung Bank BNI di dekat patung Jenderal Sudirman. Tidak ada lagi gedung tinggi milik BUMN yang belum saya naik-turuni.

Rekor amatir saya: 16 menit naik, 12 menit turun!

Pada ulang tahun kelima Senin hari ini, tidak ada acara khusus karena adadua kali sidang kabinet. Tapi, kemarin, sehari penuh, 1.000 penghafalAlquran (hufadz) berkumpul di Jakarta untuk khataman. Nanti sore istri sayayang pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang, hehe…, semuanya bernamaNafsiah Sabri, mengundang kelompok pengajian ibu-ibu untuk berbuka bersama.

Selama empat tahun hidup baru, saya selalu berada di lokasi yang berbeda.Ketika baru setahun “hidup baru ”<http://dahlaniskan.wordpress.com/2008/08/06/hari-ini-tepat-satu-tahun-ganti-hati/>,
saya berada di Kashmir yang saat itu lagi amat tegang oleh perang saudara. Tahun kedua saya sudah diajak Bapak Presiden SBY ke USA, Meksiko, Peru, dan Brasil.

Saya agak waswas menempuh perjalanan begitu jauh dan berat saat itu. Tapi, ternyata tidak ada masalah yang besar.

Tahun ketiga saya ke Tiongkok untuk check-up total. Tahun keempat, tanpa disangka-sangka, saya menjadi CEO PLN dan mengundang 1.000 hufadz untuk khataman Alquran.


Allahu Akbar!

Hari ini, lima tahun terlewati dengan penuh berkah. Allah memberikan nikmat jauh melebihi dari yang saya gambarkan. Jauh sekali.

Semula, tidak lama setelah saya siuman dari pengaruh anestesi selama 13 jam, setelah saya menyadari bahwa operasi saya berhasil (meski masih untuk sementara), setelah saya mengucapkan rasa syukur, saya pun bertekad untuk tidak lagi mau mengurus perusahaan. Terutama karena selama dua tahun saya sakit toh perusahaan tetap berkembang.

Lalu, saya hanya ingin mau mengerjakan tiga hal saja: menjadi guru jurnalistik, menulis buku, dan kembali mengurus pesantren keluarga. Kebetulan, keluarga kami memiliki lebih dari 100 buah madrasah yang tergabung dalam Pesantren Sabilil Muttaqien, yang didirikan oleh seorang mursyid tarekat Syathariyah. Saya merasa bersalah karena selama itu saya terlalu sibuk “mencari duit” sehingga kurang ikut mengurus pesantren ini.

Sama sekali tidak membayangkan kalau suatu saat saya diminta oleh Bapak Presiden SBY untuk menjadi CEO PLN. Saya sudah merasa sangat bahagia kalau bisa menjadi guru jurnalistik, menulis buku, dan mengurus pesantren. Tidak ada bayangan sama sekali menjadi pejabat.

Saya pun sudah mencoba menolak mati-matian jabatan CEO PLN itu, tapi pada akhirnya ini: dengan memperpanjang umur saya, mungkin Allah punya kehendak lain yang harus saya kerjakan. Saya pun menerima takdir itu. Pun ketikakemudian harus menjadi menteri negara
BUMN<http://dahlaniskan.wordpress.com/2011/10/20/inikah-kisah-kasih-tak-sampai/>
.
Toh saya masih tetap bisa mengajar jurnalistik, menulis buku, dan mengurus pesantren keluarga. Pekerjaan penting menjelang lima tahun “hidup baru” ini tentu harus saya lakukan: memeriksa apakah ada sel-sel kanker di badan saya, sisa-sisa kanker yang dulu.

Allahu Akbar!

Tidak ada. (*)
Dahlan Iskan

Menteri BUMN

Sumber:
http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/08/06/setelah-hidup-diperpanjang-lima-tahun/

FOTO: PRESIDENSBY.INFO. http://www.presidensby.info/index.php/statik/kabinet.html